Alhamdulillah. I'm back to dropship. Do check out my igshop everyone! - Sun, 12/11/2023 -
Avatar
Avatar
Hi! (•◡•)
Welcome to District'15.
I'm the mistress, Farahin.
Jan '96 is my sacred date.
I think and feel too much.
So I write. Feel free to
navigate around. Thank you
for coming ya.
header

Cerita Pendek : Malap

Posted by ELFarahin | On May 15, 2020 | |
writing shared by wtg0121 on We Heart It

!! AMARAN !! AMARAN !! AMARAN !!
Penulisan ini mengandungi unsur trigger dan suicide thought.
Pembaca disarankan membaca dalam keadaan mental yang baik.
Terutamanya, kepada pesakit mental atau sesiapa sahaja yang
sedang mengalami kecelaruan mental yang serius ketika ini.


Tajuk : Malap

Jenis : Cerita Pendek

Genre : Remaja, Depresi

Penulis : Adrenalin Putra @ Suju Elfarahin


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -


Langit masih tinggi. Bumi masih berputar. Angin masih berhembus. Nadi masih berdenyut. Namun begitu, buat Mayzara semuanya kelihatan samar. Semuanya tidak membangkitkan sebarang semangat kehidupan tetapi nafas yang mengeluh hambar. Buatnya, langit sudah runtuh dan jatuh. Bumi sudah terumbang-ambing dalam pusaran yang menggaung dalam. Angin sudah membuaskan ribut yang menambahkan lagi ribut perasaannya. Dan nadi yang masih berdenyut seakan menghitung setiap titis toksik yang membunuh dirinya dari dalam.


Mayzara bingung. Tidak tahu apa dan entah kenapa. Seluruh tubuhnya menggigil seakan digigit kedinginan yang melampau sedang peluhnya merecik lencun di setiap liang roma kulitnya. Ketakutan yang merengsa emosinya tidak menang hendak dialahkan. Ditambah pula dengan panik yang mengalir deras merentasi jantung sehingga degupannya seakan menyerupai buasnya roda keretapi melandas. Sungguhpun begitu, Mayzara sedar akan realiti yang kini dikotori ilusi fikirannya yang berkecamuk.


“Diam!!!”


Mayzara meraung nyaring bercampurkan serak. Sepuluh jari mencengkam dalam di antara selirat rambutnya yang kusut. Mayzara bukan mahu mendiamkan sesiapa. Bukan juga sedang marahkan sesiapa. Sebenarnya Mayzara mahu mendiamkan segala apa yang sedang merasuki mindanya. Marahnya pula bukan marah yang biasa-biasa. Marahnya dihimpuni pelbagai rontaan perasaan yang mengamuki jiwa. Melibas setiap titik kewarasan yang berbaki.


Lensa mata Mayzara mula basah. Kolam mata semakin penuh dengan air mata lalu melimpah membasahi wajah seorang wanita yang sedang menderita. Mayzara meraung lagi. Kali ini kedengaran pilu dengan sendu yang sangat menghibakan. Sebaknya membuatkan jiwa membengkak dan memberontak. Tangisan Mayzara beterusan seolah tiada mungkin mahu berhenti. Kelopak mata mula bengkak dan terasa pedih membisa namun air mata masih deras mengalir.


Pelbagai senario dan idea bahaya melintasi fikiran Mayzara yang masih berkecamuk. Setiap satunya terasa sungguh jelas seakan tayangan pita bersuara. Dalam tayangan ini, Mayzara menyaksikan kepalanya dihantuk ke dinding sehingga berdarah, kulit tangan dan kakinya dihiris-hiris oleh bilah pisau yang tajam, lehernya terjerut mati sambil kakinya tergantung di udara, dan banyak lagi tragedi seumpamanya. Setiap satunya saling bersilangan dan berulangan.


Mayzara mula mengetuk kepala dengan dua buku lima. Setiap ketukannya memberikan gempa yang besar sehingga terasa berkoncang isi kepalanya. Mayzara teruskan bertingkah sedemikian sehingga getaran di kepala tidak lagi terasa kerana kebas mula merengsa. Puasnya terasa nyata. Lelahnya tidak terkata. Air mata juga semakin tenang ombaknya. Mayzara terduduk limpa sambil belakangnya tersandar pada dada dinding yang rata dan dingin.


Kenapa dengan Mayzara? Hanya Mayzara seorang yang mungkin mampu menjawab persoalan itu. Mungkin adalah bukan kerana dia berpura tidak tahu. Mungkin adalah kerana Mayzara sendiri ada mungkinnya juga keliru dan ragu-ragu dengan jawapannya sendiri. Keliru adalah kerana fikirannya mungkin dikaburi ilusi dan imaginasi yang bukan rekaannya semata. Semntara keraguannya pula melampaui batas prasangka. Oleh itu, Mayzara mungkin lebih memilih untuk tidak berkata apa-apa.


Langit masih tinggi. Bumi masih berputar. Angin masih berhembus. Nadi masih berdenyut. Inilah ia realiti Mayzara. Wujudnya seorang wanita menjadi perhiasan terindah di dunia. Mayzara ibarat bintang yang menyinari malam, menemani purnama yang mengambang, sambil diamati keindahannya oleh alam. Namun adakalanya sinarannya menjadi malap. Sedang purnama masih mengambang terang sambil ditemani bintang-bintang yang lainnya, siapa saja tahu apatah lagi sedar akan malapnya bintang yang satu ini.


Mayzara ialah bintang. Kewujudannya diakui. Sinarnya dipuji-puji. Tetapi ketidakwujudannya tidak diperhati. Malap sinarnya tidak diterangi. Mayzara ialah bintang. Menemani purnama mengambang namun tetap terasa hilang. Menghiasi langit malam namun dirinya terasa kelam dan tenggelam. Mayzara ialah bintang. Bintang yang asalnya terang. Kini kian malap dan semakin hilang.


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -


Mungkin ada yang perasan. Mungkin ada yang tak perasan. Farahin ada published posts tapi kemudiannya unpublished semula. Begitulah Farahin akhir-akhir ni. Banyak yang ditulis tapi kemudiannya dipadam. Tulis lagi dan padam lagi. Lagi, lagi, dan lagi. Farahin keliru dan ragu dengan buah fikiran sendiri sampai ada masa anxiety buat Farahin rasa geli-geli. Jadi Farahin gantikan dengan fiksyen pendek ni. Terima kasih sebab baca sampai habis. Komenlah sekali hehe





No comments:

Post a Comment

ELFollowers

Check out and support my igshop @lomophoto.my @shopbyfarah.my

Powered by Blogger | Designed by ELFarahin